Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

AKU KEHILANGAN, TANPA SEMPAT MEMILIKI

Telah begitu lama. Bahkan aku telah lupa bagaimana rasanya. Sepi mungkin telah melemahkan hatiku. Tapi ketahuilah, ia hanya lemah dihadapanmu. Pada pesan-pesan singkatmu, Pada perhatian-perhatian kecilmu, Pada suara-suara dalam voice note itu. Aku samasekali tak menyesalinya. Meski rasa itu harus dipaksa mati saat baru saja bersemi. Setidaknya, kau mengingatkanku pada sesuatu yang selama ini kuhindari, namun ternyata begitu berarti. Rasa, debar, Yang membuatku selalu ingin tersenyum pada siapa saja. Kau tahu, selama ini aku lebih banyak tertawa. Menertawakan hati untuk meramaikan sepi. Tapi aku lupa bagaimana caranya tersenyum. Dan ketulusanmu mengajarkanku semua itu. Aku peduli, pada semesta yang tidak mungkin menyatukan kita. Karenanya aku berdo'a, semoga suatu hari nanti hatimu terbuka tentang keberadaan Yang Maha Esa. Karena hanya itulah satu-satunya cara, Agar kau yang kucintai didunia, bisa kumiliki di surga sana. Mulai sekarang, akan kubuat sa

CINTA YANG DINAMAKAN CINTA

Seseorang bertanya kepadaku, tentang sepasang hati yang sedang bertautan pagi itu. Yang satu merajuk sedikit marah tak mau kalah Yang lainnya merengkuh tanpa ada sedikitpun rasa angkuh. Apa memang temu yang menjadi ubar rindu kadang membuat seseorang seperti tak punya malu? Saling merajuk dan merengkuh tanpa peduli ada puluhan pasang mata yang memandangnya dengan begitu rapuh. Kubilang, cinta memang sering membawa kita keluar dari alam nyata, dan membuat dunia seolah milik mereka berdua. Rindu dan amarah, kadang tak ada bedanya. Tapi bagiku, bukan cinta jika pandangannya tak mampu meredakan amarah Bukan rindu jika suaranya tak bisa menenangkan gundah. Karena ada cinta yang semakin kita menggenggamnya, semakin kita melukainya Dan ada rindu, yang semakin kita bertemu, akan semakin menyiksa kalbu. Kata Dilan, rindu itu berat. Jangan rindu, biar aku saja. Kamu ngga akan kuat. Bagiku, rindu bukan hanya berat. Teramat berat. Dan harga sejati untuk sebuah kerindua

ENTAH

Sore itu hujan turun Tidak deras tapi juga tak kunjung reda Lalu ingatanku terlempar jauh Saat kau memintaku agar tetap dekat dan tak berpindah Namun nyatanya kau yang beranjak pergi, menuju entah Jika saja aku tahu akan seperti itu Aku mungkin tak kan buru-buru menjadikanmu rumah

BULAN

Senja tadi sore perlahan memudar Semakin buram dan menghitam lalu memunculkan pendar cahaya setelahnya. Bulan, Aku percaya, kau masih menjadi titik cahaya tempat kedua pasang mata ini bertemu Mungkinkah, seseorang masih senang menatapmu dikejauhan? Atau mungkin aku yang terlalu mengagumi penciptaanmu? Kau tahu, Senja yang menyisakan gelap untuk cahayamu Seperti semua yang kini semakin memudar, namun perasaanku justru semakin jelas Setiap kali aku menatapmu Kuharap kau menarik pandangannya lalu pandangan kami bersua diatas sana. Meski aku tak pernah tahu. Dan meski kenyataannya tidak benar-benar seperti itu. Bulan, Seandainya dia tahu, Ada rindu yang tak lagi mampu kugenggam. Cikopo 2018

BERTAHAN

Kadang, Bukan racun yang membuat dada kita tiba-tiba sesak Bukan peluru yang membuat jantung kita dalam sekejap berhenti berdetak Kadang juga bukan belati tajam Yang mampu membuat kita terluka Darah, tak selamanya berarti kesakitan Berhenti bernafas Tak selalu menjadi penyebab utama kematian Aku tahu Bukan hanya aku Yang pernah terjatuh sedalam itu Yang pernah mencintai sekuat itu Yang pernah percaya sekeras itu Dan yang pernah terluka sesakit itu Mekar yang telah kau buat memar itu, akan sulit untuk bisa mekar kembali Sesulit saat aku mengakui aku mencintaimu Ini mungkin berlebihan bagimu Sama Seperti berlebihannya aku mencintaimu Tiga puluh purnama aku membersamaimu Setelah susah payah ku akui perasaanku Dan kini Pun telah genap tiga puluh purnama berlalu Setelah kau hempaskan janji-janjimu begitu saja, Kau patahkan rindu yang kurawat hingga bersemi Seenaknya Bahkan saat kini kau telah bahagia Aku tak habis fikir Bagaimana kau bisa menemukan dia S

TERIMA KASIH

Dari : Luka didada kiri Untuk : Kamu yang menancapkan belati Terima kasih, Telah kau hancurkan kepercayaan Yang kurawat hingga bersemi Semoga, Didadamu nanti Tumbuh mekar sebuah karma Yang akan mengakar hingga ke nadi Terima kasih, Telah hadir menjadi alasan kebahagiaanku Sekaligus penyebab duka berkepanjanganku Karena kamulah yang tahu Cara membuatku bahagia, Maupun terluka Terima kasih, Telah berpura-pura seolah kau membalas cintaku Namun mungkin Kenyataannya kau hanya menghargai kesabaranku

AKU PERNAH

Aku pernah. Ketika bersama seseorang, aku selalu ingin bertanya, aku selalu ingin tahu apapun tentang dia, dan aku selalu ingin mendengarkan suaranya. Entah dia masih ingat atau tidak, bahkan aku sering sekali melontarkan pertanyaan-pertanyaan konyol, retoris dan menyebalkan. Seperti, "Kenapa coba, pengendara mobil ngga pake helm juga?" "Karenaa, mobil itu kendaraan roda 4, jadi ngga bakal jatuh" "Tapi kan tetep aja, banyak yang kecelakaan mobil kepalanya terbentur" "Iyaa, tapi kan semuanya udah ada standar safetynya masing-masing" "Terus kenapa pengendara motor harus pake helm?" "Ya karena motor kan kalo jatuh langsung berbenturan dengan aspal" "Tapi kan pake helm tu ngga enak" "Yang penting kan safety" "Ya kenapa safety ngga ada yg enak?" "Yang enak itu bukan safety, tapiii..." "Tapi apa?" "Tapi yg enak itu, rujak kangkung bikinan bi septi hehe" &quo

MERAYAKAN LUKA

Salahku, yang telah mengkamukan kamu. Salahku yang terlalu yakin, terlalu percaya, dan terlalu berharap bahwa itu kamu. Harusnya aku menyebutnya kamu jika seseorang telah menghalalkanku. Sekuat keyakinan itu, sedalam kepercayaanku padamu, sebesar harapanku saat itu, seperti itulah lukaku. Aku, terlalu penakut untuk mengakui nya. Meski ribuan luka telah menyayat hatiku saat masih bersamamu, semua berbeda ketika ribuan luka itu menguliti ku setiap hari, selama-lamanya, tanpa kamu disisiku. Aku membiarkannya. Aku tak peduli dengan luka itu. Aku tidak berusaha sedikitpun untuk membalutnya. Kubiarkan ia menganga, terpapar kesepian, terhempas kehampaan, terguyur pengabaian, terbakar amarah ketika angin mengabarkan kebahagiaanmu bersamanya, begitu cepat bagimu meniadakanku. Satu-satunya hal yang paling kusuka setelah itu adalah, mengorek kembali luka yang sudah mulai mengering itu lalu kuabadikan setiap tetesan perihnya dalam sungai kecil yang mengalir dibawah kelopak mataku. A

SEIRIS SURGA YANG TERBASUH MADU

Kau tahu Sejak aku mulai merindukanmu Aku selalu berharap dan berdoa Meminta dengan sedikit memaksa Semoga Tuhan kita, hanya mempertemukan aku denganmu. Entah kenapa, hatiku begitu yakin tentang adanya kamu didunia ini sejak aku memutuskan untuk peduli tentangmu. Aku berusaha mencari Diraga manakah dirimu bersemayam Hingga suatu hari, aku melihat kau menjelma sebagai seseorang yang begitu kukagumi ketaatannya. Aku jatuh cinta pada setiap kumandang adzannya Aku terpesona pada setiap lantunan do'a-do'anya Hatiku basah ketika melihat wajah yang terbasuh air wudhu itu begitu menentramkan Rasanya seperti aku ingin menjadi do'a dalam setiap sujudnya Dialah Manusia pertama yang membuatku rela jatuh cinta begitu dalam kepada Tuhannya Tuhan kita Allah Yang begitu ia cintai. Dialah manusia pertama yang membuatku tak takut untuk mengabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku Hanya untuk mencintai apa yang begitu dicintainya. Dialah manusia pertama yang menyadarkanku A

RINDU TAK BERTUAN

Diruangan kecil yang barusaja kutempati sejak tiga bulan lalu, ingatanku terlempar jauh pada puluhan purnama sebelum ini. Saat itu, saat semua orang sudah terbiasa dengan rasa bernama cinta, aku masih saja mengeja, meraba, mengumpulkan nyali untuk mengenalnya. Tidak. Aku tidak berani. Aku tidak percaya pada diriku sendiri. Akankah ada? Bisakah ada? Mungkinkah ada? Manusia yang rela jatuh ke lubang rindu bersamaku, manusia yang mau merasakan cintaku, mungkinkah? Beberapa detik kemudian aku menjadi takut dengan semua ketakutanku. Sungguh aku tidak pernah memikirkan hal seperti ini, tapi kenapa sekarang aku begitu peduli. Aku begitu peduli dengan dia. Dia yang akan mencintaiku, dia yang akan merindukanku. Aku begitu ingin bertemu dengannya, mengenalnya, dan mencintainya juga. Kurasa, saat itulah aku mulai merindukannya. Rindu tak bertuan. Menurutku ini cukup sederhana. Pada sebuah rasa yang belum sempat kukenali, merindukannya adalah barang berharga yang akan selalu dirawat

NAMAKU REINA

Namaku Reina Salsabilla, ibuku penyuka hujan, mungkin itulah kenapa aku dinamai Reina dan selalu dipanggil Rein olehnya. Ayahku selalu sibuk dikantor, tapi ketika ia lelah, ayah selalu mengajakku belajar dengan alam, ayah termasuk pecinta alam. Sejak pertamakali aku duduk dibangku sekolah, aku senang sekali mendominasi, meskipun aku tidak populer. Setelah aku mendapatkan peringkat pertama dikelas pertamaku, aku terbiasa menjadi manusia nomor 1 selanjutnya. Aku senang bersaing, aku senang tantangan, aku selalu ingin tahu lebih dulu, tapi aku pendiam dan penurut. Dan sejak saat itu aku tidak jarang dimanfaatkan oleh teman-temanku.  Lea, Nuri dan Susan, biasanya selalu mengajakku bersama mereka, kemanapun mereka pergi, apapun yang mereka lakukan, aku selalu menjadi prioritas, asalkan, aku mau membantu mengerjakan PR mereka, menjadi anggota kelompok belajar mereka, dan memudahkan mereka dalam hal pelajaran. Selain mereka, ada juga Nunung, Ika dan teman-temannya yang j