MERAYAKAN LUKA
Salahku, yang telah mengkamukan kamu. Salahku yang terlalu yakin, terlalu percaya, dan terlalu berharap bahwa itu kamu. Harusnya aku menyebutnya kamu jika seseorang telah menghalalkanku. Sekuat keyakinan itu, sedalam kepercayaanku padamu, sebesar harapanku saat itu, seperti itulah lukaku. Aku, terlalu penakut untuk mengakui nya. Meski ribuan luka telah menyayat hatiku saat masih bersamamu, semua berbeda ketika ribuan luka itu menguliti ku setiap hari, selama-lamanya, tanpa kamu disisiku. Aku membiarkannya. Aku tak peduli dengan luka itu. Aku tidak berusaha sedikitpun untuk membalutnya. Kubiarkan ia menganga, terpapar kesepian, terhempas kehampaan, terguyur pengabaian, terbakar amarah ketika angin mengabarkan kebahagiaanmu bersamanya, begitu cepat bagimu meniadakanku. Satu-satunya hal yang paling kusuka setelah itu adalah, mengorek kembali luka yang sudah mulai mengering itu lalu kuabadikan setiap tetesan perihnya dalam sungai kecil yang mengalir dibawah kelopak mataku. A